Rabu, 02 November 2011

RESENSI BUKU BUMI CINTA


 


Menjaga Iman dan Menahan SyahwatDATA BUKU:
Judul Buku : Bumi Cinta
Penulis : Habiburrahman El-Shirazy
Penerbit : Author Publishing
Cetakan : Pertama, Maret 2010
Tebal Buku : 546 Halaman





Akhirnya terbit juga novel pembangun jiwa yang selama ini ditunggu-tunggu pembaca setia Kang Abik, sapaan akrab dari nama aslinya Habiburrahman El Shirazy. Tidak jauh berbeda dengan novel-novel sebelumnya, yang membedakan novel ‘Bumi Cinta’ ini mengambil latar kota Rusia tepatnya di Moskwa. Jika pada novel sebelumnya seperti ‘Ayat-Ayat Cinta’, ‘Ketika Cinta Bertasbih’ maupun ‘Dalam Mihrab Cinta’ dengan latar suhu panas daerah jazirah Arab. Maka ‘Bumi Cinta’ itu mengambil latar dengan suhu bersalju di musim dingin.
Tokoh dalam novel ini antara lain: Muhammad Ayyas, Linor, Yelena, Devid dan Anastasia Palazzo. Selebihnya adalah tokoh figura. Tidak kalah dengan novel sebelumnya, pada novel ini Kang Abik sangat menguasai betul iklim dan suasana di Moskwa ditambah dengan penuturan bahasa lugas dan mengalir, menjadikan novel ini laris dan layak dibaca.
Baca selanjutnya ya …..
Ayyas sebagai tokoh utama berperan sebagai mahasiswa dan santri salaf dari Yogyakarta lulusan S1-nya di IAIN kemudian melanjutkan di Madinah dan S2-nya di Delhi India. Untuk menyelesaikan S2-nya (disertasi), ia harus melakukan penelitian sejarah di MGU University Moskwa. Di Moskwa ini ia harus berjuang mati-matian mempertahankan iman. Bagaimana tidak, ia hidup satu apartemen dengan dua gadis cantik, yang siapapun melihatnya akan tenggelam dalam kecantikannya. Dua gadis tersebut bernama Linor agen Israel dan Yelena pelacur kelas kakap di Moskwa. Pernah kedua wanita tersebut menggoda Ayyas untuk berbuat mesum layaknya sepasang suami istri. Namun dengan keimanan Ayyas, mampu melumpuhkan kedua wanita tersebut. Meskipun keduanya akhirnya bertobat dan masuk Islam.
Tidak mudah mempertahankan iman Ayyas di Rusia. Dimana kota ini merupakan kota terbebas dengan sebebas-bebasnya free sex dan kota terbesar mengakses situs porno, belum lagi dengan banyaknya atheis (tidak bertuhan) yang mendominasi penduduknya, meskipun ada kelompok kecil masyarakat muslim di Moskwa. Puncak klimaksnya Ayyas tertuduh sebagai teroris pelaku peledakan loby Metropole Hotel yang dimainkan oleh Linor. Tetapi Ayyas mampu mengelak dari tuduhan itu atas dukungan dari Anastasia selaku pembimbing dosen disertasinya, KBRI, dan semua rekannya yang ada di Rusia.
Sayangnya cerita novel ini terputus, kemungkinan akan ada sequel kelanjutannya seperti pada novel ‘Ketika Cinta Bertasbih’. Karena di akhir cerita Linor ditembak setelah masuk Islam oleh agen mafia Mossad. Tidak diketahui apakah Linor mati atau hidup dalam perjalanan ke rumah sakit? (hal 542). Juga keberadaan agen rahasia Israel Mossad.
Singkatnya, menjaga iman bukan perkara mudah, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Iman bagaikan pondasi bangunan yang harus benar-benar kokoh, kuat dan terjaga. Tetapi sekuat apapun pondasi itu, akan hancur jika setiap hari diserang dan tidak dipelihara. Tidak berbeda dengan keimanan seseorang, jika setiap hari digoda apalagi lingkungan yang tidak mendukung maka bukan hal yang mustahil iman itu luntur.
Begitu pun dengan syahwat. Syahwat atau hawa nafsu merupakan anugerah dari Allah yang hanya dimiliki oleh manusia. Sedangkan pada binatang disebut insting. Jika manusia mampu menahan syahwat dan mampu menungganginya, maka manusia itu akan menempati tempat yang sangat mula melebihi tempat Malaikat. Sebaliknya apabila manusia menuruti dan terjerembab dalam kehinaan syahwat ia akan menempati tempat hina melebihi binatang.

KEKURANGAN NOVEL
Lagi-lagi Kang Abik menampilkan tokoh yang terlalu sempurna di sini. Muhammad Ayyas memang dikisahkan tidak tampan dan juga tidak jelek, namun ia sangatlah cerdas, saleh, tawadhu, memiliki kepekaan sosial yang luar biasa, sangat romantis dan sifat-sifat baik lainnya. Bahkan berkali-kali Ayyas digambarkan menangis akan hal-hal yang ia anggap merupakan dosa atau mendekati dosa.
Banyak terdapat dialog-dialog yang sangat panjang yang jika kita bayangkan dalam dunia nyata ini akan sangat tidak realistis. Kang Abik dalam hal ini kurang halus dalam menyusupkan nilai-nilai dakwah. Tidak seperti dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, dialog-dialog bermuatan dakwah dalam novel ini ada kesan menggurui dan terlalu berpanjang-panjang.
Plot cerita terasa sangat datar. Ketika peristiwa pengeboman terjadi saya berharap ini menjadi klimaks cerita tentang kedzaliman yang harus dihadapi Ayyas, namun sayang ini sekali ini tidak kita jumpai. Tokoh Ayyas di sini tidak menghadapi konflik yang berarti alias bahagia-bahagia saja sepanjang cerita.
Mengapa yang terpikat kepada Ayyas seluruhnya merupakan wanita-wanita cantik? walau pun dengan ragam latar belakang yang berbeda tetap ini merupakan gangguan buat saya pribadi ketika membacanya.

KELEBIHAN NOVEL
Sebagaimana novel sebelumnya, Bumi Cinta sarat degan muatan dakwah. Kisah romansa berbalut nilai dakwah ini disajikan dengan apik dan asyik untuk dinikmati. kang Abik juga menyelipkan kisah Sabra dan Sathila yang merupakan kisah pembantaian Zionis atas muslim Palestina.
Kang Abik menggambarkan kota Moskow dengan amat sangat detail, dari lokasi-lokasi strategis, gedung-gedung bersejarah, makanan khas Rusia, metro yang merupakan kebanggaan masyarakat Moskow, gaya hidup masyarakat di sana serta hal lainnya. Semua digambarkan dengan sangat jelas dan detail. Kutipan-kutipan bahasa Rusia juga benar-benar mampu menghanyutkan pembaca seakan benar-benar berada di negeri Rusia.
Akhir kisah yang menggantung, yaitu ketika Linor ditembak oleh agen Mossad setelah ia berhijrah ke Islam. Hingga halaman terakhir tidak diketahui apakah Linor ini akan mati atau selamat. Terus terang ini sangat membuat penasaran.