FARMASI PADA MASA CINA KUNO
Nama : Diah Lestari
Harahap
|
NPM : 2013210055
|
Kelas : E
|
|
|
|
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2013
Farmasi pada Masa Cina
Kuno
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali
dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar 2000 SM). Shen Nung juga di kenal sebagai
bapak kedokteran dan Farmakologi China. dan juga seorang kaisar yang menguasai
Cina selama lebih dari 140 tahun . Sementara dikenal sebagai ' The Red Emperor
'. Dalam
obat-obatan Cina ia dianggap pelindung
semua dukun dan apotek serta penulis The Great Herbal Cina. Seorang kepala suku ( kaisar ) yang telah mencari dan menginvestigasi
khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal
tersebut terhadap dirinya sendiri, serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan
tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365 jenis obat-obatan. Sesuatu yang
masih dipuja oleh orang cina asli penghasil obat sebagai wujud perlindungan
Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal, kulit
kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih
dikenal dalam bidang kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”,
suatu simbol matematis dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang
ditemukan oleh Shen Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium,
kulit kayu cinnamon, dan juga seperti yang berada di tangan bocah pada gambar,
ma huang, atau disebut juga ephedra. Shen Nung juga di kenal sebagai bapak
kedokteran dan Farmakologi China, sampai sekarang masih di gunakan oleh
praktisi obat tradisional di China. Buku tentang bahan obat2an pertama kali
ditulis di Cina sekitar 2735 SM
Ahli
Farmasi Li Shizhen
Pada zaman dinasti Ming sekitar abad ke-16, ahli farmasi
terkenal Li Shizhen telah menyusun satu buku yang berjudul Garis Besar Bencao,
buku itu menjadi karya klasik dalam sejarah obat-obatan Tiongkok.
Li Shizhen (1518~1593) adalah orang Jizhou Propinsi Hubei Tiongkok selatan. Karena ayah Li Shizhen adalah seorang dokter, sejak kecil Li Shizhen sering ikut ayahnya memetik tumbuhan obat-obatan di gunung lalu mengolahkan tumbuhan itu menjadi obat-obatan.
Li Shizhen (1518~1593) adalah orang Jizhou Propinsi Hubei Tiongkok selatan. Karena ayah Li Shizhen adalah seorang dokter, sejak kecil Li Shizhen sering ikut ayahnya memetik tumbuhan obat-obatan di gunung lalu mengolahkan tumbuhan itu menjadi obat-obatan.
Pada
tahun 1531, Li Shizhen yang berumur 14 tahun gagal dalam pengujian nasional.
Sejak itu ia berupaya meneliti kedokteran dan mengobati rakyat biasa. Li
Shizhen mengumpulkan banyak resep obat, maka ia berpengetahuan banyak terhadap
obat-obatan.
Untuk
menyusun buku obat-obatan baru, Li Shizhen telah membaca karya kedokteran dan
buku kuno sejumlah 800 jilid lebih, pernah tiga kali mengamademen buku itu. melalui upaya selama hampir 30 tahun,
pada tahun 1578 Li Shizhen telah menyelesaikan buku Garis Besar Bencao yang
terkenal di dunia.
Garis Besar Bencao telah mencatat 1892
macam obat-obatan, dan 11000 lebih macam resep obat. Sementara itu dalam buku
itu terdapat lukisan obat-obatan sejumlah 1000 lebih. Garis Besar Bencao
diperkenalkan ke berbagai tempat dunia sejak abad ke-17, dan menjadi karya
penting penelitian farmasi jaman modern
maupun pada zaman sekarang
Selain
kedokteran, Li Shizhen juga berprestasi di bidang kimia, geografi, astronomi
dan meteorologi, dan oleh karena itu itu termasuk salah seorang ilmuwan yang
paling jaya dalam sejarah. Tahun 1593, Li Shizhen meninggal dunia dalam usia 75
tahun. Tak lama setelah ia wafat, Kitab Bencao Gangmu resmi diterbitkan, dan
tersebar ke Jepang. Pada hari kemudian, kitab itu diterjemahkan dalam bahasa
Latin, Jerman, Perancis, Inggris, dan Rusia untuk tersebar di seluruh dunia dan
dijuluki sebagai "kitab kedokteran Timur
Gebrakan Cina di Industri Farmasi
Dunia harus bersiap untuk produk vaksin baru buatan Cina.
Produsen vaksin negeri tirai bambu itu tengah bersiap dalam beberapa tahun
mendatang mendorong ekspor vaksin, sebuah langkah yang diharap memotong biaya
imunisasi penyelamat nyawa terutama di kawasan negara berkembang. Langkah itu
juga dinilai akan menyodorkan iklim kompetitif terhadap perusahaan besar
farmasi Barat.
Namun, itu bisa jadi membutuhkan waktu sebelum sebagian dunia siap menerima produk Cina mengingat keamanan menjadi isu sensitif seperti pula vaksinnya. Kondisi itu tak lepas dari skandal makanan, obat-obatan dan produk lain yang kerap menghiasi negara itu.
Kemampuan Cina dalam pembuatan vaksin yang kian moncer mencuri perhatian dunia pada 2009. Saat itu salah satu perusahaan berhasil menghasilkan satu vaksin yang efektif menghadang flu babi--hanya dalam 87 hari--begitu virus baru itu menyapu dunia. Pada masa sebelumnya, perlombaan vaksin baru selalu dimenangkan oleh AS dan Eropa.
Kemudian pada Maret lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa otoritas keamanan obat-obatan Cina telah memenuhi standar kebijakan vaksin internasional. Cina menjadi kekuatan produksi vaksin dengan lebih dari 30 perusahaan.
Masuknya Cina dalam industri vaksin sangat penting karena satu orang meninggal setiap 20 detik akibat penyakit yang seharusnya bisa ditangani oleh vaksin. Lembaga itu menyuplai kebutuhan vaksin anak-anak dunia hingga 60 persen.
Namun, itu bisa jadi membutuhkan waktu sebelum sebagian dunia siap menerima produk Cina mengingat keamanan menjadi isu sensitif seperti pula vaksinnya. Kondisi itu tak lepas dari skandal makanan, obat-obatan dan produk lain yang kerap menghiasi negara itu.
Kemampuan Cina dalam pembuatan vaksin yang kian moncer mencuri perhatian dunia pada 2009. Saat itu salah satu perusahaan berhasil menghasilkan satu vaksin yang efektif menghadang flu babi--hanya dalam 87 hari--begitu virus baru itu menyapu dunia. Pada masa sebelumnya, perlombaan vaksin baru selalu dimenangkan oleh AS dan Eropa.
Kemudian pada Maret lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa otoritas keamanan obat-obatan Cina telah memenuhi standar kebijakan vaksin internasional. Cina menjadi kekuatan produksi vaksin dengan lebih dari 30 perusahaan.
Masuknya Cina dalam industri vaksin sangat penting karena satu orang meninggal setiap 20 detik akibat penyakit yang seharusnya bisa ditangani oleh vaksin. Lembaga itu menyuplai kebutuhan vaksin anak-anak dunia hingga 60 persen.
Penerapan
Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) ASEAN-China dikhawatirkan akan berdampak
pada membanjirnya obat-obatan impor China apalagi bila tidak ada perlindungan
dari pemerintah. Hal ini bisa menyebabkan banyak industri farmasi dalam negeri
makin terpuruk dan terancam gulung tikar. "Dengan harga yang murah,
obat-obatan impor China bisa membanjiri pasaran. Apalagi China lebih banyak
memproduksi dan memasarkan obat-obatan generik bermerek," kata Ketua
Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Anthony Ch Sunarjo, Minggu
(10/1/2010) malam, di Jakarta.
GP Farmasi beranggotakan
208 perusahaan farmasi, dan 15 perusahaan di antaranya termasuk perusahaan
asing yang memiliki pabrik di Indonesia. Adapun ratusan perusahaan farmasi lain
yang menjadi anggota GP Farmasi termasuk industri nasional skala kecil dan
menengah.
Sebelum FTA berlaku,
Indonesia sudah mengalami ketergantungan terhadap China terutama dari segi
pasokan bahan baku obat. Pada tahun 80-an, sebanyak 80 persen dari bahan baku
obat diimpor dari Eropa, dan sisanya diimpor dari India dan China. Sekarang
justru sebaliknya, 80 persen dari total jumlah bahan baku obat Indonesia
diimpor dari China, dan sebagian kecil dari India.
Selain obat-obatan
tradisional, ternyata saat ini China mulai merajai pasar obat moderen atau
rasional termasuk obat hipertensi, obat bagi penyandang diabetes, dan
obat-obatan anti kanker.
Selain gencar memproduksi bahan baku obat, ternyata China
juga mulai mengembangkan produksi obat modern yang termasuk dalam kategori
generik bermerek dengan harga sangat murah. "Jadi China bukan hanya
memproduksi bahan baku, tetapi juga mulai memproduksi bahan jadi obat. Ini yang
bisa memukul industri farmasi, karena China bisa menjual produknya dengan harga
lebih murah.
mau cari tugas ternyata ini blog kating sendiri
BalasHapus